Follow Us

  • Share

    Black Box: Alat Kunci Pengungkap Penyebab Kecelakaan Pesawat

    Setelah dikabarkan hilang kontak 13 menit usai lepas landas, pesawat Lion Air JT 610 resmi dilaporkan jatuh di perairan Tanjung Karawang oleh Badan SAR Nasional. Pesawat yang membawa sekitar 189 penumpang ini dijadwalkan terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang pada jam 06.20 WIB.

    Semua pihak, baik manajemen Lion Air, tim gabungan Badan SAR Nasional,  TNI & Polri, dan dibantu juga oleh nelayan di sekitar lokasi, saat ini dikabarkan sedang berfokus pada evakuasi dan pencarian korban hingga badan pesawat.

    Pray for #JT610

    Pray for #JT610

    Segenap Tim Sepulsa turut berduka cita atas musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 hari ini. Mari berdoa yang terbaik untuk para korban. Semoga semua proses evakuasi berjalan lancar dan keluarga serta kerabat korban diberi ketabahan.

    Apabila Anda memiliki kerabat atau keluarga yang terdaftar dalam penerbangan Lion Air JT 610, Anda bisa langsung menghubungi kontak crisis center yang dibuka secara resmi oleh Lion Air dengan nomor 021-80820000 atau 021-80820002 untuk informasi penumpang.

    Black Box & Fungsinya pada Pesawat Terbang

    Perangkat Black Box pada Pesawat Terbang

    Selain pencarian korban hingga badan pesawat, sejumlah penyelam juga dikerahkan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk fokus dalam mencari Black Box: perangkat yang bisa menjadi kunci pengungkap penyebab kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.

    Mungkin sebagian dari kita sudah pernah mendengar istilah perangkat Black Box yang ada dalam dunia penerbangan.

    Apa sebenarnya fungsi dari Black Box? Mengapa Black Box perlu dicari dan bisa menjadi perangkat kunci yang mengungkap penyebab kecelakaan pesawat?

    Black Box adalah seperangkat alat yang dirancang khusus dan berfungsi untuk merekam serta menyimpan semua data dan aktivitas yang terjadi pada pesawat terbang, selama penerbangan berlangsung.

    Rangkaian Black Box sendiri terdiri atas dua perangkat yaitu Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR).

    Flight Data Recorder (FDR) berfungsi sebagai alat yang menyimpan semua data terkait teknis penerbangan seperti kecepatan, ketinggian, kondisi mesin, temperatur pesawat, dan yang lainnya. Sementara Cockpit Voice Recorder (CVR) adalah perangkat yang menyimpan semua rekaman suara yang terjadi di kokpit antara pilot, kopilot, petugas Air Traffic Controller (ATC) dan semua awak kabin yang bertugas dalam penerbangan terkait.

    Black Box ‘hanya’ digunakan dan akan berfungsi apabila terjadi insiden kecelakaan pesawat seperti yang terjadi hari ini pada Lion Air JT 610. Apabila pesawat lepas landas hingga mendarat dalam keadaan normal, maka dapat dikatakan perangkat ini “tidak berfungsi apapun”.

    Secara otomatis, ketika mesin pesawat dihidupkan, baik FDR atau VCR pada kotak hitam keduanya juga akan menyala. Untuk durasinya sendiri, FDR bisa merekam semua aktivitas yang terjadi pada pesawat 25 jam hingga 30 jam. Sementara VCR hanya mampu merekam semua suara di dalam kokpit selama 30 menit. Setelah 30 menit, data rekaman suara atau percakapan akan terhapus dan digantikan dengan rekaman percakapan berikutnya.

    Ketika terjadi kecelakaan pesawat dan Black Box terjatuh, terutama di air, ia akan memancarkan sinyal khusus karena memiliki ULB (Underwater Locator Beacon) sebagai bagian dari perangkatnya. ULB  inilah yang kemudian akan memancarkan gelombang khusus yang kemudian dapat digunakan untuk mendeteksi lokasinya.

    Dikutip dari ilmuterbang.com, apabila terjadi benturan keras, maka perangkat ini terutama CVR akan berhenti 10 menit setelahnya secara otomatis. Saat itu pula, fungsi penghapus rekaman terakhir akan nonaktif. Data inilah yang kemudian akan tersimpan dan berguna untuk membantu proses penyelidikan apabila telah ditemukan.

    Black Box Didesain Khusus agar Tahan Air & Juga Panas hingga 1.000 Derajat

    Terbuat dari material khusus berlapis titanium dan baja, perangkat yang sebagian besar terdiri atas rangkaian tabung ini mampu bertahan dari segala kondisi lingkungan di sekitarnya. Mulai dari ledakan, suhu panas hingga 1.000 derajat celcius, tekanan dan kedalaman air hingga 6.000 meter, zat asam, hingga bantingan dari ketinggian yang ekstrem.

    Meski dihantam, dibanting, atau terbentur segala yang keras, perangkat ini umumnya hanya akan lecet atau rusak pada bagian luarnya, sementara bagian dalam yang menyangkut memori dan rekaman aktivitas pada pesawat akan tetap utuh.

    Apabila jatuh di perairan, Black Box akan mengirimkan sinyal khusus hingga 30 hari lamanya sesuai dengan baterai yang digunakan. Namun, baterai Black Box juga memiliki durasi ketahanan mulai dari 10 hari, 30 hari, atau bisa lebih sesuai dengan tipe baterainya.

    Oleh sebab itulah, Black Box harus segera ditemukan ketika terjadi kecelakaan pesawat. Sebab, apabila terlalu lama, baterai pada Black Box kemungkinan akan melemah dan sinyal yang dipancarkan perangkat juga akan lemah dan bahkan menghilang. Ini tentunya akan semakin menyulitkan pencarian hingga menganalisa penyebab terjadinya kecelakaan pesawat.

    Black Box Berwarna Oranye, Bukan Hitam

    Meski namanya “Black Box”, nyatanya, perangkat ini sama sekali tidak berwarna hitam, melainkan berwarna oranye cenderung kemerahan.

    Hal ini mengacu pada standar yang telah ditetapkan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization). Warna oranye dianggap sebagai salah satu warna yang cukup menyolok sehingga Black Box bisa mudah untuk dilihat dalam pencarian di lokasi terjadinya kecelakaan pesawat.

    Kata “Black” menyertai perangkat ini sebab warna hitam dianggap sebagai sesuatu yang misterius dan juga bermakna musibah. Sama halnya dengan “misteri” yang ingin diungkap oleh para pihak terkait mengenai penyebab terjadinya kecelakaan pesawat. Apabila pencarian perangkat ini sampai perlu dilakukan, otomatis ini artinya merupakan musibah bagi keluarga penumpang pesawat hingga dunia penerbangan. Sebab, pesawat mengalami kecelakaan.

    Butuh Waktu Berbulan-bulan untuk Membaca Data Black Box

    Tidak mudah mentranskripsi dan menganalisa data yang berasal dari Black Box. Begitu juga dengan aksesnya, tidak semua orang bisa mengakses data yang ada pada Black Box. Dalam hal ini yang berwenang adalah petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Black Box akan dibawa menuju Laboratorium KNKT untuk diperiksa.

    Setelah ditemukan, data yang terekam pada FDR maupun VCR perlu diunduh. Kemudian, data tersebut ditampilkan dalam bentuk transkrip apabila bentuknya rekaman suara dan visualisasi menggunakan software untuk data lain selain percakapan.

    Setelah ditampilkan dalam bentuk transkrip ataupun visual, data tersebut perlu dianalisa dengan sangat teliti oleh petugas yang berwenang. Proses menganalisa inilah yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan. Sebab, selain diperlukannya ketelitian dan kecermatan, tingkat kesulitan menganalisa data Black Box juga berbeda-beda tergantung dengan jenis pesawatnya.

    Apabila telah selesai dianalisa,  pihak KNKT kemudian akan mengumumkan hasilnya kepada publik perihal penyebab dan kronologis terjadinya kecelakaan pesawat.

    Beli Pulsa di Sepulsa

    Artikel Seru buat kamu

    Beli kebutuhanmu disini