Teknologi adalah sesuatu yang dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Jika kita bisa memanfaatkannya secara maksimal, maka teknologi akan menjadi sesuatu yang berguna. Hanya saja dalam penerapannya seringkali teknologi menjadi bencana yang sulit dihindari.
Salah satu teknologi yang banyak mengakibatkan bencana adalah teknologi-teknologi yang berkaitan dengan energy dan pemanfaatannya.
Tercatat dalam sejarah bahkan teknologi-teknologi ini mampu “mengusir” penduduk dari kota asal tinggalnya. Sebut saja Chernobyl, Pripyat, Fukushima, atau kota-kota semacam Wittenoom hingga Kantubek.
Pernahkah Anda mendengar nama-nama di atas? Nah jika Anda belum pernah sama sekali mendengar kota-kota di atas, atau hanya sebagian saja yang Anda kenal, maka kami disini telah merangkum beberapa cerita kota tersebut untuk menambah wawasan Anda.
Pripyat, Chernobyl
Dari semua kota-kota yang kami ulas disini, mungkin Chernobyl adalah yang paling terkenal. Dua puluh lima tahun semenjak kecelakaan reaktor nuklir paling besar abad ini, Chernobyl hingga detik ini masih tidak dapat dihuni oleh manusia dan tetap menjadi kota hantu.
Pada tanggal 26 April 1986 terjadi kecelakaan di reaktor nuklir yang menyebabkan merebaknya awan radioaktif yang memaksa ratusan ribu penduduk asli Chernobyl meninggalkan rumah dan harta benda yang mereka miliki.
Dikatakan saat itu radiasi yang bocor bahkan dosisnya hingga 400 kali dosis radiasi di kota Hiroshima pada masa perang dunia ke 2 yang lalu. Dikatakan saat itu kira-kira 350.000 jiwa diharuskan keluar dari zona eksklusi nuklir yang memiliki radius hingga 19 mil (sekitar 31 km) sekitar reaktor.
Ilmuwan Amerika Serikat sekaligus peraih Nobel Hans Bethe mengatakan salah satu penyebab utama meledaknya reaktor Chernobyl adalah power station yang ketika itu dibuat memiliki kegagalan konstruksi, ia kemudian menyebutnya dengan built-in instability.
Permasalahan lain adalah struktur yang menyanggah reaktor saat itu dibuat seluruhnya menggunakan beton, padahal seharusnya material yang dapat dengan baik mencegah kerusakan reaktor adalah baja.
Selain dari konstruksi dan material, penyebab lain meledaknya reaktor nuklir Chernobyl adalah gagalnya eksperimen insinyur kelistrikan di sana pada masa itu.
Insinyur-insinyur Chernobyl ketika itu ingin menguji coba apakah mereka mampu menarik listrik dari generator turbin saat reaktor mati, padahal ketika itu secara inersia turbin tetap berputar.
Insinyur-insinyur ini kemudian berupaya menurunkan level reaktor untuk memulai eksperimen mereka. Hanya saja mereka menurunkan level reaktor tersebut terlalu cepat sehingga berakhir kepada ledakan hebat yang menyebabkan bencana nuklir terbesar abad ini.
Hingga saat ini Chernobyl seringkali menjadi contoh dari kota-kota mengerikan akibat kerusakan teknologi, seringkali kisah Chernobyl ini membuat orang-orang skeptis pula dengan penggunaan teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir.
Wittenoom, Australia Barat
Selama perang dunia ke-2, Wittenoom terkenal sebagai kota penghasil crocidolite yang seringkali dikenal dengan asbestos biru. Pada zaman itu teknologi tidak secanggih masa kini, dan banyak penambang-penambang asbestos saat itu “membawa” material asbestos pada baju mereka ke tengah-tengah pemukiman penduduk.
Lalu apa akibatnya? Asbestos merupakan senyawa yang sangat bermanfaat, namun amat berbahaya bagi manusia, khususnya saluran napas manusia.
Asbestos merupakan partikel kecil yang amat mudah masuk ke dalam sirkulasi pernapasan manusia. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh senyawa ini adalah asbestosis dan mesothelioma yang merupakan salah satu bentuk kanker paru.
Kedua kombinasi ini kemudian menyebabkan kematian hingga 2.000 orang di sana karena sakit yang diakibatkan oleh asbestos ini. Kegiatan yang telah terjadi sejak 1940 an ini kemudian tetap berlanjut hingga 1978 dan akhirnya pada 1993 seluruh infrastruktur pendidikan, kesehatan, dan keamanan kota di tutup.
Berdasarkan Departemen Pertanahan Australia Barat, saat ini jejak-jejak crocidolite masih bisa ditemukan di beberapa kilometer dari pusat penambangan.
Namun jumlahnya sudah amat sedikit dan bahkan nyaris tidak terdeteksi lagi. Meski demikian pemerintah Australia masih menetapkan kebijakan pelarangan mengunjungi Wittenoom.
Ke depannya pemerintah Australia ingin mencoba kembali mengisi kota tersebut kembali setelah setidaknya salah seorang geologis asal Australia menyatakan bahwa kadar asbestos di kota tersebut sudah turun ke level aman.
Akibat kejadian ini kota Wittenoom hingga saat ini diingat sebagai salah satu dari kota-kota mengerikan akibat kerusakan teknologi di dunia.
Kantubek, Uzbekistan
Kantubek merupakan salah satu kota di tengah-tengah negara Uzbekistan yang terkenal sebagai “pusat uji coba senjata biologis” di dunia.
Dahulunya Kantubek merupakan kota kecil dengan populasi sebesar 1.500 jiwa bersama dengan ilmuwan-ilmuwan maupun staf dari Aralsk-7 yang rajing menguji coba senjata biologis, namun sekarang sudah ditinggalkan dan dibiarkan menjadi kota hantu.
Selain dari kota uji coba senjata biologis, Kantubek dahulunya juga dikenal sebagai “pulau asbestos”.
Beberapa rangkaian uji coba senjata biologis paling terkenal oleh Uni Soviet dahulu, diantaranya adalah uji coba terhadap Anthrax, cacar, bubonic plague, bruselosis, hingga tularemia yang seluruhnya dapat menjadi penyakit-penyakit berbahaya dan mematikan bagi umat manusia.
Berdasarkan data yang diketahui adalah pada tahun 1971 10 orang mengalami kontak langsung dengan cacar dan 3 dari 10 orang ini seluruhnya tewas.
Kemudian pada tahun 1988 diketahui staf laboratorium Kantubek mengubur ber ton-ton kuman anthrax yang semula akan digunakan sebagai senjata biologis. Kuman anthrax yang berbentuk spora, dimana kuman ini sewaktu-waktu bisa aktif kembali ini, masih tetap ada sejak ditinggalkan pada tahun 1992.
Pada tahun 2002 bahkan Amerika Serikat dan Uzbekistan diketahui berkolaborasi untuk melakukan dekontaminasi di tempat penguburan spora kuman Anthrax tersebut.
Meski sudah dilakukan usaha tersebut, salah seorang ilmuwan mikrobiologi yang bekerja disana, Gennadi Lepyoshkin, membuka suara.
Ia berkata meski dilakukan dekontaminasi, bukan tidak mungkin ada hewan-hewan pengerat yang terkontaminasi senjata biologis tersebut sehingga hingga detik ini pun tidak ada jaminan kota tersebut telah bersih dari senjata biologi. Mengerikan bukan?
Kantubek merupakan salah satu kota mengerikan akibat kerusakan teknologi, yang disebabkan oleh ambisi dan kedigdayaan pemimpin di masa lalu untuk memenangkan perang dunia, dan saat ini dapat dijadikan pelajaran yang berharga.
Picher, Oklahoma
Picher merupakan salah satu kota kecil yang terletak di Ottawa County, Oklahoma, Amerika Serikat. Pada tahun 1913 Pitcher merupakan salah satu kota dimana pertambangan menjadi sumber pendapatan utamanya.
Pada masa itu ada suatu perusahaan pertambangan, yang diberi nama Picher Lead Company dimana perusahaan tersebut berhasil menambang banyak timbal dan zinc yang bernilai sejumlah 20 miliar dollar AS selama 1917 hingga 1947.
Hingga pada pertengahan tahun 1990 ditemukan tiga orang anak kecil di kota Picher yang mengalami gangguan kognitif. Hal ini diketahui akibat tingginya kadar timbal yang ada di dalam tubuh mereka. Kemudian setelah itu semakin banyak ditemukan kasus-kasus kesulitan belajar di sekolah-sekolah yang ada di Picher.
Kota Picher yang pada 1918 memiliki 9.726 dan yang terbanyak 14.252 penduduk ini kemudian ditinggalkan pada tahun 2006.
Alasan utama dari perpindahan massa besar-besaran bukanlah karena kadar timbal yang terlalu tinggi, melainkan akibat adanya studi yang mengatakan bahwa kota Picher sewaktu-waktu bisa runtuh dan kolaps karena hasil penambangan bertahun-tahun.
Pemerintah AS sendiri tidak berencana untuk menjadikan Picher kota yang kembali dapat dihuni oleh manusia. Alih-alih pemerintah AS justru akan mengembalikan kota kepada suku Quapaw yang dahulunya sebelum ada penambangan merupakan suku asli Picher.
Meski secara umum Picher masih dapat dihuni manusia, hal ini tidak menghilangkan statusnya sebagai salah satu kota-kota mengerikan akibat kerusakan teknologi manusia.
Baca Juga: